Jumat, 16 September 2011

Oseanografi Biologi

Oseanografi merupakan cabang ilmu bumi yang mempelajari tentang segala aspek yang berkaitan dengan samudra atau laut beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi sendiri dapat dibagi dalam empat bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut, fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang ke empat adalah biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.

Pada pembagian bidang ilmu oseanografi talah disebutkan bahwa terdapat cabang ilmu biologi oseanografi. Pada biologi oseanografi, kajian yang dipelajari adalah kehidupan di laut, baik mempelajari tentang makhluk hidup yang ada di laut maupun interaksinya dengan lingkunganya. Biologi oseanografi dipelajari karena beberapa alasan antara lain; laut merupakan penyedia sumber makanan, penyedia sumber obat, tempat rekreasi dan pariwisata. Biologi kelautan mencakup skala yang luas, dari mikro seperti plankton dan fitoplankton sampai hewan besar seperti paus.

Dalam penerapannya, antara oseanografi dan biologi khususnya biologi kelautan mempunyai saling keterkaitan. Seperti contoh suatu ekosistem perairan laut mempunyai suatu keadaan lingkungan laut yang bisa mempengaruhi jumlah komunitas mahkluk hidup yang tinggal di laut tersebut. Keadaan laut tersebut bisa dipelajari dalam oseanografi. Keadaan laut yang dipelajari tidak hanya tentang cuaca di atas laut, tetapi juga keadaan lautnya, bagaimana kedalaman lautnya, bagaimana arus air lautnya serta bagaimana kandungan zat kimia yang mungkin terlarut dalam air laut tersebut.

Seperti contoh pada Jurnal yang dibuat oleh B. Priyono, a. Yunanto dan T. Arif dengan judul Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali. Jurnal ini membahas tentang kesuburan yang ada di perairan Selat Bali dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesuburan tersebut. Faktor-faktor yang ditinjau antara lain : Batimetri, Keterbukaan perairan, pola arus, pasang surut, masukan dari daratan, konsentrasi klorofil-a, dan nutrien esensial.

Batimetri sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang kedalaman bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra dan danau. Dalam peninjauan batimetri di Selat Bali, menunjukkan bahwa kondisinya dangkal dan sempit di sekitar Gilimanuk yang berakibat kecepatan arus di permukaan menjadi tinggi karena adanya aliran air yang masuk Selat Bali dan keluar Selat Bali. Hal ini menyebabkan kondisi Do yang tinggi sekitar 5-7 ppm yang mendukung kondisi biota perairan Selat Bali. Selain itu perairan Bali merupakan perairan semi tertutup. Kondisi arusnya juga mempengaruhi kesuburan Selat Bali. Arus di sekitar Gilimanuk cenderung lebih besar daripada perairan selatan dan utara Bali. Hal ini menyebabkan perairan Selat Bali menjadi relatif subur.

Peninjauan pasang surut Selat Bali menunjukkan bahwa Selat Bali pasang surutnya bertipe diurnal yaitu dalam 24 jam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Hal ini menyebabkan bahan-bahan organik lebih cepat terdegradasi dan membentuk senyawa-senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh biota perairan. Dan untuk peninjauan massa air dari daratan, Selat Bali termasuk perairan yang kurang mendapat asupan air tawar dari daratan. Sehingga, massa air Selat Bali lebih didominasi oleh Laut Bali dan Samudra Hindia.

Kesuburan suatu perairan dapat ditinjau dari konsentrasi klorofilnya dan konsentrasi nutrien essensialnya. Tingkat kesuburan suatu perairan sangat berpengaruh pada biomass sumberdaya perikanan yang ada di dalamnya. Konsentrasi klorofil pada Selat Bali termasuk tinggi hal ini ditunjukkan dengan adanya kandungan fitoplankton yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan adanya sumberdaya perikanan yang cukup tinggi. Menurut peninjauan, kondisi konsentrasi nutrien essensial di Selat Bali cukup mendukung biota yang ada di dalamnya. Nutrien essensial yang mempengaruhi tingkat kesuburan perairan antara lain adalah kandungan fosfat, silikat, dan nitrat. Berdasarkan hasil peninjauan kondisi oseanografinya dapat disimpulkan bahwa perairan Selat Bali merupakan perairan yang cukup subur sehingga perairan selat Bali merupakan perairan yang kaya akan sumberdaya perikanan.

Secara garis besar data oseanografi dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu data fisika oseanografi, data kimia oseanografi, data biologi laut, dan data geologi laut. Yang termasuk dalam data fisika oseanografi adalah pasang surut, arus dan gelombang, dan temperatur. Sementara itu, yang termasuk dalam data kimia oseanografi antara lain kandungan nutrient ( nitrat, fosfat, silikat,amoniak, nitrit ), kandungan karbon, konduksivitas, alkalinitas, pH, dan kandungan oksigen ( DO ). Beberapa yang termasuk dalam kategori data biologi laut adalah konsentrasi klorofil, komposisi plankton, dan jenis-jenis biota laut. Sedangkan yang termasuk dalam kategori data geologi laut antara lain data kedalaman laut, jenis batuan atau sedimen dasar laut, gunung bawah laut, dan palung laut.

Jurnal tersebut menkaji beberapa data dari tiap-tiap kategori. Data-data tersebut saling berkaitan antara data satu dengan yang lainnya. Seperti contoh pada data geologi laut tentang kedalaman laut, kedalaman laut Selat Bali mempengaruhi kecepatan arusnya baik kecepatan arus permukaan maupun kecepatan arus dalam laut. Sedangkan kecepatan arus permukaan perairan mempengaruhi tingkat DO. Selain itu, kecepatan arusnya juga mempengaruhi suplai nutrien dan kondisi sedimentasinya. Dengan banyaknya nutrien dan fitoplankton yang ada di suatu perairan juga mempengaruhi sumber daya biota perairan.

Dalam jurnal tersebut telah diketahui bahwa dengan peninjauan kondisi oseanografinya bisa ditentukan tingkat kesuburan suatu perairan. Kesuburan suatu perairan bisa mempengaruhi tingkat sumberdaya biota perairan yang ada di dalamnya. Sehingga antara oseanografi dan biologi khususnya biologi laut saling berkaitan. Dengan peninjauan data oseanografi bisa diketahui bagaimanakah keadaan biota suatu perairan seperti laut.

Contoh yang lain aplikasi oseanografi dalam bidang biologi adalah seperti pada jurnal Pemantauan Kondisi Hidrologi di Perairan Raha P.Muna Sulawesi Tenggara Dalam Kaitannya dengan Kondisi Terumbu Karang yang ditulis oleh Edward dan Z. Tarigan. Dalam jurnal tersebut disimpulkan bahawa kondisi terumbu karang yang hidup di ketiga desa Lohia, Napabalano, dan desa Motewe berkisar antara 0-25% atau bisa dikatakan bahwa kondisi terumbu krang di ketiga desa tersebut dalam kondisi rusak dan miskin. Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui pengukuran langsung baik pengukuran secara fisika, kimia, biologi, maupun geologinya, kondisi hidrologi di perairan Raha masih sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan oleh Kementrian dan Lingkungan Hidup untuk berbagai kepentingan yaitu, suhu antara 27,80 – 30,39 °C, salinitas antara 30,0 – 32,9 ppt, kadar oksigen terlarut (DO) 3,68 – 4,53 mL/ L, kadar fosfat 0,13 – 1,79 µg.at./ kadar nitrat 0,20 – 2,66 µg.at./l , derajat keasaman 7,4-8,2 dan nilai kecerahan tampak dasar mencapai 8,5 m. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerusakan dan miskinnya terumbu karang di perairan Raha bukan disebabkan oleh kondisi hidrologinya, melainkan adanya faktor yang lain.

Berdasarkan hasil contoh yang telah dipaparkan, keterkaitan oseanografi dan biologi khusunya biologi kelautan tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya. Karena kondisi biologi laut seperti keanekaragaman biotanya, keadaan ekosistemnya bisa dilihat dari keadaan oseanografinya. Dengan adanya pengkajian seperti yang dijelaskan dalam contoh jurnal dapat diketahui kondisi perairan yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Dengan begitu, apabila suatu perairan sudah diketahui keadaanya, apabila keadaanya sudah baik maka diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisi tersebut dan apabila kondisinya rusak seperti terumbu karang di perairan Raha, dapat dilakukan tindakan lebih lanjut untuk mengurangi kerusakannya. Dengan demikian keanekaragaman biota perairan khususnya laut dapat terjaga dengan benar dan akan semakin kaya.

sumber : www.pipia.blogdetik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar